Dunia Pikiran

Resensi film “Inside Out”

image

Dunia Pikiran

Riley, putri tunggal kesayangan orang tuanya, jago bermain hoki, dan punya banyak teman. Lahir dan menikmati masa kanak-kanak yang menyenangkan di Minnesota, namun saat usianya 11 tahun mereka sekeluarga pindah ke San Fransisco, karena disana ayah Riley mendapat pekerjaan baru.

Seiring dengan perubahan lokasi berdampak pula pada emosi Riley. Masalah muncul satu-persatu, hari pertama di sekolah baru kurang menyenangkan, ayah Riley sibuk, ia rindu rumah serta kawan lamanya, dan ia pun membenci kota barunya.

Petualangan keluarga Riley seirama dengan dunia pikiran mereka, karakter-karakter dalam pikiran manusia, khususnya Riley sangat menarik. Pete Docter dan Ronnie Del Carmen, sutradara dan co-director sekaligus penulis naskah cerita ini menggambarkan lima karakter yang ada dalam pikiran Riley; Joy (rasa senang), Sadness (rasa sedih), Disgust (rasa jijik), Fear (rasa takut), dan Anger (rasa marah), masing-masing karakter ini merepresentasikan emosi atau perasaan dalam benak Riley.

Kelima karakter emosi ini tinggal dan bekerja di Headquarter, markas utama yang mengontrol pikiran Riley. Selain headquarter, ada juga dunia-dunia lain yang ada dan berkembang bahkan hilang dalam pikiran Riley, semuanya memberikan warna-warni dalam kehidupan Riley.

Film Inside Out ini menyajikan hal-hal yang tak terduga, begitu detilnya tim Inside Out memvisualisasikan denah pikiran manusia. Mimpi, alam bawah sadar, ruang penyimpanan ingatan, bahkan ada tempat pembuangan memori yang terlupakan, bagian-bagian ini terasa nyata dan membuat kita bernostalgia dengan pikiran-pikiran kita.
Hal menggembirakan lainnya adalah film yang digarap selama lima tahun ini, yang ide cerita diperoleh Pete ketika ia merasa anak perempuannya menjaga jarak dengan orang tuanya serta berubah jadi murung, garapan cerita pikiran ini tidak asal, sebelum menyusun cerita mereka melakukan riset mendalam serta konsultasi dengan psikolog dan ilmuwan yang mendalami studi otak manusia.

Dunia pikiran adalah pemberi sinyal pada tindakan kita sehari-hari.
Pernahkah kamu merasa “mager” -malas gerak-, seperti Sadness? merasa jijik seperti Disgust? merasa atau berusaha berbahagia seperti Joy?
Perasaan-perasaan ini memiliki peran dan fungsi di dalam pikiran kita, walaupun terkadang kita merasa atau bertindak seolah-olah pilihan kita yang paling benar, namun jangan sampai kita menutup mata bahwa ada hal-hal lain yang mendukung pilihan kita, ada kesempatan dari orang lain, ada masalah yang membuat kita akhirnya menentukan pilihan.

“Kurang jelas apa fungsinya Sadness di sini”, komentar Joy dengan kehadiran Sadness di markas pikiran.
Ketidakjelasan Sadness menyebabkan kekacauan di headquarter, ia mengganggu inti pikiran Riley, dan membuat ia dan Joy meninggalkan markas.

“I like crying, it helps me slow down and obsess over the weight of life’s problem”, gumam Sadness.
Keluhan-keluhan Sadness dalam petualangan mereka di dunia luar membuat Joy menyadari kekeliruannya, Kehadiran Sadness juga berarti dalam pikiran Riley, kehati-hatian, kesedihan, keluhan, juga memiliki porsi.
Joy memberikan kesempatan kepada Sadness untuk menggunakan porsinya, dan kesempatan itu membuat perubahan pada dunia pikiran.

Semua karakter emosi memiliki porsi, posisi, dan fungsi pada pikiran, asal tidak berlebihan dunia pikiran akan terus berputar, berputar, dan berputar serta mengalami perubahan-perubahan seiring dengan detak jam yang selalu bergerak.

Sumber foto: Pinterest

PS: Domou arrigatou Niken-san (nikenishere.blogspot.com), semoga kau menemukan kebahagiaanmu, yang bisa menyalakan “sinyal-sinyal” pikiran, dan memberikanmu kesempatan serta motivasi untuk berkarya. Berkah dalem!
Lava you ^^

Jakarta, 06.09.2015 – 1.10 WIB